Kalau mau 'gedek', kita memang pantas 'gedek' sama Israel. Bagaimana tidak? Dia telah meluluh-lantakan jajirah Palestina selama bertahun-tahun. Membabat habis batang-batang Zaitun yang merupakan salah satu sumber daya alam bumi Palestina, juga sumber mata pencaharian yang bisa diwariskan pada cucu cicit mereka selama beberapa generasi. Dari aspek ini pun, kekejaman Israel sebenarnya tak terampuni. Belum lagi tekad mereka untuk menghapuskan bangsa Palestina dengan membunuhi anak-anak dan bayi yang notabene adalah generasi penerus.
Sampai di sini, masihkah kita bisa berlapang dada terhadap Bani Israel? Cacian dan kutukan banyak dihujatkan terhadap Israel bukan saja oleh kalangan Muslim tetapi juga di luar muslim. Serangannya terhadap Gaza beberapa minggu lalu menjadi pemicu kebencian dunia terhadapnya. Sebaliknya, simpati dan empati terhadap Palestina membanjir dari belahan dunia. Berbagai kalangan mengekspresikan simpati mereka dengan caranya masing-masing. Kalangan yang memiliki rezeki berlebih, berlomba mengirimkan bantuan berupa sandang dan pangan, atau sejumlah cek yang hanya tinggal ditandatangani. Sementara kaum militan di Indonesia cenderung ingin menyumbangkan diri dan badannya untuk langsung berperan di perbatasan Gaza.
Tetapi, efektifkah cara terakhir ini?
Kalau pun secara fisik dan mental mereka siap dan terlatih, tetapi itu bukanlah satu-satunya penyelesaian. Perbedaaan geografi antara Indonesia dan Palestina misalnya, yang notabene berbeda walau tak se'njomplang perbedaan langit dan bumi, tetaplah akan menjadi suatu kendala ketika itu ingin direalisasikan di mana penguasaan dan pengenalan medan tempur haruslah menjadi pengetahuan setiap pejuang, dan tidak sekedar bekal semangat dan siap mati.
Adapun kalangan yang selalu melihat segala sesuatu sebagai semata-mata sunatullah, cenderung lebih bertawakal atas kehendakNya dan menjadikan doa sebagai kekuatan dan sandaran tanpa mengabaikan upaya dan ikhtiar. Bukankah Rasulullah telah bersabda bahwa, "Doa adalah senjata kaum Mukmin..."?
Tetapi baik doa maupun ikhtiar, keduanya adalah sekedar input saja sementara outputnya sendiri sudah terbentuk dan tercipta disisiNya. Bagi seorang beriman, kekuatan doa adalah 99% dibanding kekuatan ikhtiar yang sekedar 1%. Karena, sebagaimana Allah menjanjikan, "Sesungguhnya, seorang beriman, adalah Aku sendiri yang menjamin segala kebutuhannya." Maka, karena keimanannya akan janji Allah itulah maka seorang beriman lebih menguatkan doanya dan melakukan ikhtiarnya hanya sebagai syarat saja.
Berdoa Buat Israel (?)
Dan kembali ke masalah Israel dan Palestina, kendati situasi di sana sekarang sudah mulai reda seiring dengan statemen dan pelaksanaan beberapa kebijakan Obama tentang Gaza, tak demikian dengan kebencian yang membuhul di dada para pendukung Palestina. Caci maki dan kutukan tetap berlanjut. Kahrolsun Israel, kata orang Turki. God damn Israel, pekik yang berbahasa Inggris. Laknatullah alayk... caci yang berbahasa Arab. Dan apa yang dibilang kita di Indonesia? Terkutuklah Israel, ahli jahanam!
Suasana ini diakui pula oleh Mustafa DEBU yang sering membuat konser dengan beberapa pihak demi penggalangan dana buat Palestina. Menurutnya, hampir di setiap konsernya para Ustadz dan jemaah melaknati Israel. Memang tak ada dosa dan cela melaknati kaum yang menzalimi kaum lainnya. Sebagaimana difirmankan Allah bahwa kita boleh membalas kejahatan yang dilakukan orang lain terhadap kita setimpal dengan kejahatannya. "Tetapi sebaik-baik keutamaan adalah bersabar atasnya dan biarkan Allah sendiri yang membalasnya."
Jalan inilah yang diambil Syekh Fattaah. Beliau tetap di khalwatnya dan mengutus Mustafa untuk mengajak seluruh umat baik Muslim, Hindu, Kristen untuk bertasbih La Ilaha Ilallah. Ada pun Mustafa, karena posisinya adalah penyanyi dan pembawa lidah Syekh Fattaah, maka dalam berbagai konsernya untuk Palestina, ia senantiasa menyerukan pada audiens untuk mendoakan Israel dan Amerika secara khusus serta para zalimin umumnya supaya Allah mengubah hati mereka menjadi kalangan pengasih dan penyayang. Ini adalah pesan inti yang disampaikan Syekh Fattaah lewat syairnya yang berjudul Doa Rakyat atau Halk Duası dalam bahasa Turki atau Doaye Halk dalam bahasa Persia :
Ya Allah,
rahmatin gersin
her zalimin yüreğine
şerir olan idrak etsin
ve çevirsin bir alime...
Ya Allah,
masukkan rahmat
dalam hati setiap zalim
biarkan orang-orang jahat
menyadari jadi alim...
ای خدایم باشد رحمت داخل کند
در دل هر ظالم و هر ستمگر بد
و بگذاری گمراهان و شریران
بیدار شوند و بگردند همه عالمان