Kecewa tak pernah sempat liat DEBU pentas?
Sering terbentur dengan rutinitas kerja yang saklek?
Atau, karena tak tahu di mana DEBU sedang on?
Wow !
Kiranya semua pertanyaan ini akan segera terjawab tuntas !
DEBU tengah mempersiapkan sebuah pentas khusus yang akan dijadwalkan secara teratur tempat dan waktunya. Insya Allah, itu adalah di Newseum Cafe di jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Katakanlah ini memang gagasan yang ditawarkan Taufik Rahzen saat ini namun sesungguhnya, ini merupakan sebuah keinginan lama Syekh Fattaah yang tak pernah terlontarkan secara umum namun mengendap di benaknya. " DEBU harus punya tempat khusus dan tertentu di mana bisa main musik secara teratur dan pecinta DEBU bisa tahu ke mana harus datang ketika ingin melihat konsernya... " itulah yang pernah saya dengar dari Syekh Fattaah langsung bertahun lalu.
Dan kini, saya mendengar kalimat yang hampir sama terucap dari bibir Taufik Rahzen;
" Saya membayangkan DEBU memiliki ritual seperti majelis Chisti di Azhmer yang dikembangkan oleh Inayah Khan. Tiap khaul, mereka punya pertunjukan musik, dan setiap hari mereka selalu punya acara musik. Orang banyak datang melihatnya. Inilah... saya pikir bahwa memang harus ada acara-acara yang berkelanjutan tentang DEBU. Memiliki audiens yang tahu ke mana harus datang ketika mereka ingin melihat konser DEBU... "
Sejatinya, tawaran ini bukanlah sejenis bisnis tetapi lebih pada tujuan pencerahan yang baik Taufik maupun Syekh Fattaah kerapkali memikirkannya. " Komunitas DEBU itu bisa menjadi sarana diplomasi bangsa Indonesia untuk ke luar dan kontribusi mereka akan menjadi sangat penting dan berarti untuk peradaban kebudayaan Indonesia. Jadi, mereka harus punya basis di sini," papar Taufik yang berusaha menerawang ke depan dan menoleh ke belakang mengenang keberadaan sosok Kalanguwan di jaman lampau.
Pada perkembangannya, menurut Taufik, konser-konser DEBU akan banyak mempengaruhi benak kalangan pencintanya terhadap berbagai pencerahan. Dan ini mengingatkannya pada sosok Kalanguwan yang secara pemikiran lebih mirip seorang tokoh sufi yang asketik dan independen. "Nah, sosok asketik ini 'kan dia yang mencintai keindahan dan kebenaran. Menyampaikan dan menyebarkan kebenaran dengan cara yang indah sehingga mempengaruhi orang-orang sekitarnya. Jadi, walau pun misalnya di konser-konser nanti tak terlalu banyak yang datang, cuma 10 atau 60 orang atau mungkin cuma dua orang, tak apa-apa. Yang jelas yang dua orang itu akan tercerahkan..." cetus Taufik pula, optimis.
Sementara Mustafa, yang juga begitu antusias menyambut tawaran ini, berusaha lebih fokus pada konsep yang akan digarapnya. Ia cenderung ingin menciptakan suasana yang lebih ramah dan familiar dalam setiap konser DEBU. " Misalnya, mungkin setiap konser itu, kita akan santap malam bersama dulu dan setelah itu, baru DEBU menyanyi. Jadi ada hubungan yang baik antara penggemar dan DEBU, " ungkapnya ketika bicara via telepon.
Hmhm... gagasan yang sangat menarik bukan? Dan untuk menu santap malam itu, ia cenderung menyiapkan menu Turki sebagai menu tetap mengingat di sini pun banyak orang Turki yang kurang beruntung karena masih jarang Restoran khas Turki di sini. "Apalagi ada seorang teman Turki yang siap untuk menyiapkan menu itu," imbuhnya pula.
So, tunggu apa lagi?
" Insya Allah, mungkin kita bisa segara menyelenggarakannya bulan Juli depan mengingat sekarang menjelang momen pilpres, jadi... banyak event harus tertunda," katanya. ***