Kamis, September 23, 2010

Jesse Laukon; DEBU Akan Menjadi Ikon Indonesia

ADA yang menarik dalam sistem manajemen DEBU kali ini. Selain sistem kerjanya yang lebih terorganisir dan fokus, tim manajemen DEBU kali ini juga jauh lebih proaktif dalam menanggapi berbagai situasi dan kebutuhan. Menariknya lagi, ternyata tim manajemen DEBU kali ini justeru bukan dari kalangan muslim...:)
'What?', mungkin itu kekagetan kamu ya.

Kalo ya, berarti kamu tidak merasa aneh sendirian, karena sebelumnya juga begitu banyak keheranan yang dikemukakan beberapa kalangan. Tetapi, itu bukanlah sesuatu yang serius yang pantas diperdebatkan. Sebaliknya, ini merupakan sebuah pelajaran yang sepantasnya setiap orang bisa memahami dan menerimanya sebagai sebuah wacana untuk membebaskan pikiran yang sudah terlanjur tersekat dalam labirin perbedaan.


Tetapi, seperti apakah sebenarnya 'pertemuan' antara DEBU - dalam hal ini Mustafa Daood dengan Jesse Laukon, manajer DEBU kini...? Tidakkah ia merasa 'jengah' dengan perbedaan-perbedaan?

Bertemu khusus dengannya di sebuah cafe, Nyong Ambon kelahiran 19 Agustus 1965 ini membongkar habis gagasan dan opini pribadinya tentang DEBU.


Bagaimana awal perkenalan anda dengan DEBU?

Saya melihat mereka pertama kali di ajang jazz di Ambon. Mendengar musiknya dan juga pesan yang dinyanyikannya... wah saya suka sekali. Saya pikir, grup ini sangat unik. Musik mereka bagus terutama message yang mereka sampaikan itu, cinta, kasih sayang tanpa melihat perbedaan... itulah yang sangat luar biasa. Tak ada yang menyuarakan itu.
Setelah momen itu, saya tak pernah bertemu mereka lagi. Tahu-tahu Mustafa calling saya dan bertanya jika saya bisa menangani DEBU. Wah, saya surprais sekali. :)


Mengingat perbedaan yang ada, bagaimana menyatukan persepsinya?

Itu dia. Saya bertaya ibu saya sebelumnya, bahwa DEBU meminta saya untuk menangani mereka. Ibu saya bilang, kalau kamu sudah mengenal mereka dan baik adanya, ya jalan saja. Tak usah melihat perbedaan. Saya sangat senang mendengarnya. Tetapi sebelum saya jalan, saya bilang Mustafa tentang beberapa kinerja saya bahwa saya tak bisa selalu ada dan mendampingi DEBU ke berbagai tempat. Kalau posisi saya seperti itu, kapan saya kerja dan mengatur segala sesuatu. Kalo kerjanya seperti itu, ya bukan manajer namanya tetapi asisten. Dan alhamdulillah (^=^) Mustafa setuju. Dia bilang, justeru seperti itu yang saya mau. Wah ! :))


Trus, apa program utama Bang Jesse untuk DEBU ?

Yang terutama bagi saya adalah... menyebarkan message DEBU. Pesan seperti ini harus disebarkan secara luas supaya sampai kepada semua. Pesan seperti inilah yang dibutuhkan oleh kita semua, oleh bangsa kita. Kalau selama ini DEBU banyak muncul di tivi pada saat bulan puasa saja, tentu saja imej-nya akan menjadi seperti itu, bahwa DEBU adalah musik reliji. Padahal 'kan tidak seperti itu. Musiknya adalah world. DEBU bisa tampil di mana saja, jazz, pop, reliji... bahkan ternyata ada musik rapnya juga.
Jadi, mainstream saya adalah mensosialisasikan DEBU lebih dulu dengan pesannya yang universal ke seluruh kalangan sehingga tidak ada lagi anggapan bahwa DEBU adalah musik kalangan terbatas. Soalnya, setiap kali saya bicara tentang DEBU, stempel dan responnya selalu, "DEBU? Oh, bule-bule yang muslim itu...?"
Nah, ini... jadi saya berusaha mengubah label ini. Ini adalah tugas manajemen saat ini.


Tetapi, selain tentang orientasi musik ini, konon Bang Jesse juga cukup konsen mengupayakan tentang proses kewarganegaraan...

Oh ya... hahahaha. (tertawa)
Saya punya pengalaman dengan teman-teman asing yang banyak ditipu kiri kanan dan buang uang sangat banyak untuk itu. Dan ketika Mustafa bertanya, "Bang Jesse bisa nggak cari teman lawyer yang bisa urus kewarganegaraan?". Teman lawyer sih memang banyak, tetapi tak yakin jika teman-teman hukum saya mau masuk ke link sana. Tetapi itulah, jika Tuhan punya rencana, itu luar biasa. Tiba tiba saja saya telpon mbak Vonny (salah satu tim lawyer DEBU-pen) dan curhat, "Aduh, aku pusing nih. Mustafa minta tolong dicarikan lawyer yang bisa urusi kewarganegaraan..."
Vonny langsung menyela, lho itu bu Dewi 'kan di situ! Dia yang ngurusi ekspatnya Carefour dan segala macam. Wah, langsung deh telpon bu Dewi.


Apa yang membuat Bang Jesse cukup konsen di bidang kewarganegaraan ini?

Karena saya ingin apa yang diidam-idamkan keluarga DEBU itu terwujud. Ini merupakan harapan DEBU sejak lama untuk menjadi WNI. Mereka sudah melalui proses ini berulang-ulang. Saya melihat bahwa selama ini telah terjadi pro dan kontra di dalam internal keimigrasian itu. Di level bossnya, mungkin oke ya. Tetapi di jajaran bawahnya nih... misalnya saja di Depok ketika saya mencoba ke sana, mereka selalu bertanya, "Memang yakin mereka mau jadi WNI? Saya pikir dulu mereka Nigeria, saya mo tangkap dulu."

Maka saya bilang pada Lucky (stafnya -pen), di dalam saja mereka pro kontra, maka forget it. Kita harus mencoba cara lain yang terbaik. Itulah, bersama Ibu Dewi saya masuk langsung dan diperkenalkan dengan orang-orang yang memang menanganinya secara baik. Saya punya cita-cita, DEBU bisa menjadi ikon Indonesia untuk membawa misi perdamaian. Buat saya, itu yang luar biasa. Bisnis musik saja bagi saya sudah biasa, tetapi pesan yang dibawa DEBU sangat luar biasa dan mereka banyak main di dunia internasional. Nah, jika mereka selalu membawa pesan ini dan menjadi representasi Indonesia di dunia internasional... ini akan sungguh luar biasa ! :))



Syekh Fattaah sangat terkesan ketika datang ke Departemen Imigrasi Bandung. 
Menurut beliau, itu pertamakali beliau melihat sambutan yang begitu tulus dan hangat dari pihak Imigrasi...

Oh ya? Hahahaha...
Terimakasih. Mungkin seperti yang saya bilang, tujuan kita juga tulus. Saya selalu bilang ke Mustafa bahwa saya tidak punya pikiran macam-macam. Saya cuma ingin membantu dan ini cita-cita saya. Kalau cita-cita ini bisa terwujud dengan proses yang begitu cepat 'kan menjadi kebanggaan dan kebahagiaan. Saya bicara juga dengan Najib yang sudah sejak lama memprosesnya, dia sangat senang sekali dan bilang, alhamdulillah, alhamdulillah... ini cepat sekali. Yang luar biasa juga, kemampuan Ibu Dewi meyakinkan semua pihak... wah... Orang-orang didekatnya menyimpan kepercayaan penuh padanya. Makanya tadi malam ketika saya ngobrol-ngobrol dengan Ibu Dewi, dia bilang... Insya Allah 'end of october' kita dapat lah. Kalau ini terjadi, kita akan buat event besar untuk mensyukurinya mungkin sambil memakai kaos dengan logo ini... (Bang Jesse menunjuk logo di kaosnya yang berbunyi 'Thank God I am Indonesian'. :)))


Secara 'pribadi, karakter per karakter, bagaimana Bang Jesse melihat personil DEBU dalam pendekatannya terhadap Indonesia secara sosial dan kultural?

Kalo secara pribadi, mungkin yang saya liat dari mereka yang sangat seperti karakter Indonesia, itu adalah Saleem. Kalo bertemu orang, dia sudah langsung ngobrol. Itu benar-benar karakter Asia. Kalo yang lain-lain, bukan berati saya melihat mereka tidak 'humble'... tapi mungkin masih 'shy' atau begitulah. Butuh waktu saya kira. ***