Kulihat WajahNya Di Mana Mana
Beberapa hari terakhir ini kabut tipis menaungi Cinere, tempat di mana komunitas DEBU bermukim. Atau, mungkin juga cuma hatiku saja yang berkabut... sebagai sebuah 'rasa' kehilangan yang cukup dalam. Ini berkaitan dengan dirumahsakitkannya Syekh Fattaah, pendiri dan pembimbing DEBU.
Beliau sangat sabar dengan penyakitnya dan tak pernah mengeluhkannya. Bahkan, beliau cenderung memilih pengobatan alternatif yang lebih alami semisal ramuan tabib dan sinsei alias pengobatan Cina. Tetapi beberapa hari terakhir, kiranya beliau tak lagi sanggup menahan sesaknya nafas yang tak lancar. Dan memang, setelah di X-ray... empat saluran pembuluh darahnya ternyata mengalami penyumbatan yang sangat akut !
Secara pribadi, saya merasa diberkahi dan senang karena menjadi salah seorang yang diizinkan beliau selain Mustafa tuk mengikuti seluruh prosesi yang berkaitan dengan perkembangan kesehatan beliau. Bahkan ketika beliau hendak dimasukkan ke ruang ICU (Intensive Care Unit) guna menjalani pembedahan, saya masih diizinkannya memotret dan membuat video beliau yang sedang dicukuri janggutnya oleh Mustafa. Masya Allah.
Sesungguhnya, semua dokter yang menangani dan mencermati riwayat penyakit beliau... semuanya geleng-geleng kepala dan bergumam... "Ajaib... beliau bisa bertahan hidup selama ini dengan saluran darah yang hampir semuanya tersumbat. "
Tapi itulah... bahkan dalam keadaan sakitnya pun, kita bisa melihat hikmah dan tandaNya yang begitu besar jika saja kita mampu menyadariNya. Bahkan sepanjang sejarah penyakit ini di Indonesia, menurut para dokter yang kemarin menanganinya, Syekh Fattaah (SF) adalah pasien tercepat yang bisa menjalani operasi segera dan hanya beberapa hari berada dalam fase penstabilan menjelang operasi, Subhanallah.
Dan yang sangat luar biasa bagi saya sebagai muridnya adalah ketenangan beliau yang bahkan menularkan kebahagiaan pada keluarganya serta murid-muridnya. Sebagai murid, saya pribadi tentu saja merasa sangat terharu, duka dan kehilangan dengan dimasukkannya Syekh ke rumah sakit. Tetapi melihat beliau yang tetap bahagia dalam keheningan ruang darurat... saya menjadi sedikit terhibur.
Juga ketika seorang muridnya ingin menjabat tangannya dan berurai air mata, beliau malah menarik tangannya sendiri dan tertawa, "Kita akan bertemu lagi. Saya akan melihatmu... tak usah berjabat tangan".
Aahhh... Syekh Fattaah selalu menghadirkan kebahagiaan bagi setiap orang bahkan ketika nafasnya bergantung pada suplai pipa oksigen. Kalaupun kadangkala beliau marah dalam kehidupan keseharian, tetapi kemarahannya adalah kemarahan Allah saja. Kita memafhumi itu.Sebelum pelaksanaan operasi, seorang murid lain menceritakan pada saya tentang sebuah mimpinya. Menurutnya, dini hari menjelang subuh... antara tidur dan tidak ia melihat sebuah bentuk hati yang tiba-tiba membuka dan di dalamnya terlihat warna-warna yang sangat indah. Keindahan warnanya tak bisa dicari dalam deretan warna crayon mana pun. Bentuk hati yang dimafhuminya sebagai jantung yang sedang berdetak dalam format tiga dimensi itu penuh bertuliskan nama Allah. Tiada ruang yang tersisa. Konon ia merasa agak aneh dengan mimpi itu, jantung siapakah? Tetapi ketika jam 10 esok paginya saya menghubunginya dan mengabarkan bahwa SF akan dioperasi jam 11 kemudian, barulah dia mafhum dan meyakini tentang pemilik jantung itu.***
Get well soon, dear Shaykh Fattaah... <3<3<3