Begitu Turkish Airline 0869 mendarat di bandara Ataturk pagi itu, 1 September... hujan deras segera mengguyur Istanbul. Beberapa anggota DEBU yang berada di dalam pesawat yang baru tiba dari Abu Dhabi itu ternganga melihat curahan hujan yang seolah ditumpahkan dari langit untuk menyambut kedatangan mereka.
Padahal, menurut Naseem Nahid yang sudah hampir sebulan di Istanbul, cuaca sebelumnya selalu panas dan terik sebagaimana lazimnya 'summer time'. "Ini benar-benar perubahan yang cepat," katanya dengan nada takjub.
Bagaimanapun cepatnya perubahan cuaca, bagi DEBU yang sudah terbiasa bergerak dinamis... keadaan tak terduga itu sama sekali tak menghambat aktifitas. Segala sesuatu berjalan sebagaimana telah direncanakan. Hanya satu yang sempat terluput kemarin... itu adalah shooting di TRT channel, saluran tivi pemerintah Turki - yang seharusnya live... namun karena kemacetan lalu lintas, mereka tak bisa datang tepat waktu di studio sehingga acara pun batal.
Tetapi, sesungguhnya tak satupun yang luput dari kita merupakan kebetulan atau ketaksengajaan. Segalanya sudah terjadi sebelum maujud. ;) Itulah yang membuat DEBU selalu merasa 'nothing to lose'. Sebagaimana Syekh Hamza Ali - yang mengorganisir acara DEBU di Turki bilang berkaitan dengan ketakjadian acara 'live' itu... "Apa daya. Kita cuma bisa merencanakan dan mengusahakan tetapi kehendak Allah lebih kuat daripada rencana kita."
Masya Allah, memang.
Dan, esok paginya, DEBU segera terbang ke Ankara untuk mengisi sebuah acara lain yang akan ditayangkan tepat tanggal 11 September pada momen referendum. Pihak TRT sangat senang ketika sekitar jam 10 rombongan DEBU tiba di studio. Tampak bahwa mereka memang sudah mengenali DEBU dan menantikan kedatangannya. :)))