Senin, Juni 01, 2009

DEBU dari Apa, dari Mana?




Adalah keprihatinan Syekh Fattaah terhadap mulai pudarnya ruh Islam dalam setiap jiwa orang yang mengaku muslim namun tidak berakhlak Islami...
Adalah keinginan kuat Syekh Fattaah pula untuk menanamkan dan menghadirkan kembali keindahan Islam yang sejati dalam benak dan prilaku orang muslim... khususnya kalangan muda yang mulai tertarik dengan sekularisme dan kerap menganggap sebelah mata terhadap nilai-nilai dan adab akhlak Islam...


Karena, sebagaimana Syekh Fattaah ungkapkan saat awal kedatangannya di Indonesia, " Saya sangat suka Indonesia walau pun saya melihat bahwa di mana pun orang Islam hampir selalu sama. Tetapi hal yang berbeda dengan Amerika sebagai negara asal saya, di sana adalah tiadanya agama di tengah masyarakat, sementara di sini, agama ada tetapi sangat lemah. Jadi, kelemahan masih bisa diperbaiki... "
Keadaan'keadaan ini menjadi sebagian penyebab kelahiran DEBU walau pun embrionya sendiri yang bernama Dust On The Road (DOTR) telah dibentuk sejak komunitas bimbingan Syekh Fattaah ini masih tinggal di Taos, New Mexico.


Formasi awal DEBU.

Saat itu personil DOTR tentu saja masih generasi pertama komunitas semisal Najmah Hakimah, Layla Wafiyyah, Syekh Hamza Ali dan Syekh Fattaah sendiri. Bahkan yang menjadi vokalisnya adalah Syekh Fattaah. Tetapi jaman itu, mereka tidak menyanyi secara umum melainkan sekedar aktifitas untuk komunitas sendiri. Kecintaan terhadap musik dan ketertarikan terhadap berbagai instrumen juga merupakan basis terbentuknya DOTR. Begitu beragamnya dasar dan faktor yang membuat DOTR atau pun DEBU lahir, namun penyebab utamanya tentulah satu saja, yakni semata-mata karena Allah Berkehendak.


Maka, ketika komunitas Syekh Fattaah tinggal di Makassar dan diberi tanggungjawab untuk mengajar mahasiswa baru UMI (Universitas Muhammadiyah Indonesia) yang baru lolos dari seleksi pendaftaran, itu pun menjadi inspirasi penguat untuk segera melahirkan DEBU. " Saya heran dengan para mahasiswa itu, mereka Islam tetapi tidak tahu cara salat dan tidak hapal surah-surah Alqur'an... " cetus Syekh Fattaah yang diungkapkannya 10 tahun lalu dalam nada keheranan.
Maka, ketika komunitasnya pindah ke Jakarta dan tinggal di kawasan Kemang atas prakarsa seseorang, bayi bernama DEBU pun lahir. Pemberiaan nama dirasa perlu karena saat itu khalayak luar mulai tertarik mengundang DEBU di acara-acara keislaman mereka. Inilah debut DEBU. Dengan nama yang penuh tawadhu', wajah personil yang tidak pribumi, serta lagu yang senantiasa menghadirkan kerinduan akanNya dalam kemasan musik yang indah dan inspiratif, maka jalan yang luas dan lapang seolah terhampar di depan DEBU. Dan itu telah terlukis jelas di benak setiap pencintanya hingga 10 tahun kini. Tak kurang empat album pun telah diliris; Cinta Saja, Mabuk Cinta, Makin Mabuk dan Hep Beraber. Khusus Hep Beraber hanya dirilis di Turki karena merupakan album khusus bahasa Turki.



Sepanjang 10 tahun itu pun, formasi personil DEBU tentu saja mengalami bongkar pasang. Semula, anggota DEBU mencapai sekitar 24 orang. Semuanya merupakan penghuni komunitas. Saat itu DEBU memang cenderung mewakili komunitas dan merupakan kegiatan komunitas sehingga setiap warga komunitas bisa ikut tampil dalam setiap show DEBU. Namun, karena dianggap terlalu banyak dan seringkali pihak pengundang tidak menyiapkan ruang yang cukup buat mereka, pelan namun pasti DEBU mulai merampingkan personilnya dan benar-benar hanya mengajak personil yang mampu bermain musik. Jadi, bisa dibilang bahwa personil DEBU sekarang adalah mereka yang telah terpilih dan memang musisi yang mengenali alat musik yang dimainkannya.


Mereka adalah Mustafa - pemain Ud dan vokalis, Saleem - suling, Mujahid - bass, Shakurah - biola, Daood - drum dan perkusi, Naseem - rebana. Namun, hampir dalam setiap show selalu ada pendamping lain bersama DEBU. Itu adalah Dimas - gitaris dan Lutfi - perkusi. Keduanya merupakan mitra DEBU. Dan dalam beberapa show terakhir, kadang muncul Nadira - kanun, Ali - perkusi, Alkautsar - santur dan Zahra - kiboud.


Sejauh ini, DEBU adalah kendaraan Syekh Fatttaah dalam menyebarkan pesan-pesan Ilahi. Ia akan selalu ada dan melanjutkan misinya dalam mewujudkan kecintaan terhadapNya sepanjang Allah tetap ridha terhadap tujuan dan perjalanan DEBU. La khaula wa la quwwata ila billahil aliyil adziim...